MAKALAH OKSIGENASI
DOSEN
PENGAMPU :Fitria Y.,S.Kep,Ns

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 2
1. Anindya Evrita (201302057)
2. Anita Septi R (201302058)
3. Defri Indriani (201302068)
4. Devi Purwati (201302070)
5. Dina Rahmawati (201302075)
6. Rania Dwi T (201302097)
7. Renny Septyana (201302099)
8. Resta Kumala D (201302100)
9. Tiya Aries S (201302107)
PRODI S1
KEPERAWATAN
STIKES BHAKTI
HUSADA MULIA MADIUN
TAHUN AJARAN
2014/2015
DAFTAR
ISI
KATA
PENGANTAR........................................................................................................ i
DAFTAR ISI...................................................................................................................... ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang................................................................................................... 1
1.2 Rumusan masalah.............................................................................................. 1
1.3 Tujuan................................................................................................................ 1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian.......................................................................................................... 2
2.2 Tujuan
pemberian oksigenasi............................................................................. 2
2.3 Syarat
pemberian oksigenasi.............................................................................. 2
2.4 Indikasi
pemberian oksigenasi........................................................................... 2
2.5Anatomi
dan Fisiologi sistem pernafasan........................................................... 2
2.5.1
Anatomi ..................................................................................................... 2
2.5.2
Fisiologi ...........................................................................................
2.6
Pengaturan respirasi........................................................................................... 6
2.7
Macam – macam alat oksigenasi dan cara pemakaiannya ......... .6
2.8
Faktor yang mempengaruhi oksigenasi.............................................................. 6
2.9
Masalah oksigenasi............................................................................................ 6
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan........................................................................................................ 9
3.2
Saran ................................................................................................................ 9
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 10
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan atas
kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan
karunia-Nya kami masih diberi kesempatan untuk bekerja bersama untuk
menyelesaikan makalah ini. Dimana
makalah ini merupakan salah satu dari tugas mata kuliah sistem respirasi.
Tidak lupa kami ucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing
dan teman-teman yang telah memberikan dukungan dalam menyelesaikan makalah
ini. Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan, Oleh sebab itu kami
sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Dan semoga dengan selesainya
makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan teman-teman. Amin..
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Pemenuhan kebutuhan oksigenasi adalah bagian dari kebutuhan
fisiologis(Huraki Maslow). Kebutuhan oksigen diperlukan untuk proses kehidupan,
oksigen sangat berperan dalam proses metabolism tubuh, kebutuhan oksigen dalam
tubuh harus dipenuhi apabila kebutuhan dalam tubuh berkurang, maka terjadi
kerusakan pada jaringan otak. Dan apabila hal tersebut terjadi berlangsung lama
akan mengakibatkan kematian.
Masalah
kebutuhan oksigen merupakan masalah utama dalam pemenuhan dasar manusia. Hal
ini telah terbukti ada yang kekurangan oksigen akan mengalami hipoxia dan akan
terjadi kematian. Proses pemenuhan kebutuhan pada manusia dapat dilakukan
dengan cara pemberian oksigen melalui saluran pernapasan dan sumbatan yang
menghalangi masuknya oksigen, memulihkan dan memperbaiki organ pernapasan agar
dapat berfungsi normsl kembali. Prosedur pemenuhan kebutuhan oksigen dalam
pelayanan keperawatan dapat dilakukan dengan pemberian oksigen dengan
menggunakan nasal kanul, masker, dan kateter nasal.
1.2
Rumusan Masalah
1.
Apa definisi dari kebutuhan oksigenasi ?
2.
Sistem tubuh apa saja yang berperan dalam kebutuhan
oksigenasi ?
3.
Apa saja
pengaturan oksigenasi ?
4.
Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kebutuhan
oksigenasi ?
5.
Masalah apa saja
yang ada dalam oksigenasi ?
1.3
Tujuan Penulisan
1.
Agar mahasiswa lebih paham dan mengerti dalam tehnik
pemasangan oksigen.
2.
Agar mahasiswa dapt memenuhi kebutuhan dasar pasien
yang berhubungan dengan oksigenasi.
3.
Agar mahasiswa mempunyai pedoman dalam tindakan
selanjutnya.
1.4
Manfaat
1.
Menambah wawasan bagi mahsiswa tentang
kebutuhan-kebutuhan dasar pada manusia.
2.
Memperkaya pengetahuan mahsiswa tentang asuhan
keperawatan pada pasien dengan kebutuhan oksigenasi.
BAB
2
LANDASAN
TEORI
2.1
Pengertian
Oksigen adalah memberikan aliran gas oksigen (O2) lebih dari 21% pada tekanan
1 atmosfir sehingga kosentrasi oksigen meningkat dalam tubuh.
Oksigenasi
adalah pemasangan oksigen yang diberikan pada pasien untuk mengatasi masalah
pernapasan. Misalnya pada penderita asma, bronkopneumonia, pasien tidak sadar,
pasien penyakit jantung, dll.
2.2
Tujuan pemberian oksigenasi
1.
Untuk mempertahankan oksigen yang adekuat pada
jaringan.
2.
Untuk menurunkan kerja paru-paru.
3.
Untuk menurunkan kerja jantung.
2.3
Syarat pemberian oksigen
1.
Dapat mengontrol kosentrasi oksigen udara inpirasi.
2.
Tahanan jalan nafas yang rendah.
3.
Tidak terjadi penumpukan CO2.
4.
Efisien
5.
Nyaman untuk pasien.
2.4
Indikasi pemeberian oksigenasi
1.
Klien dengan kadar oksigen arteri dari hasil analisa
gas darah.
2.
Klien dengan peningkatan kerja nafas, dimana tubuh
berespon terhadap keadaan hipoksemia melalui peningkatan laju dan dalamnya
pernafasan serta adanya kerja otot-otot tambahan pernafasan.
3.
Klien dengan peningkatan kerja miokard, dimana jantung
berusaha untuk mengatasi gangguan oksigen melalui peningkatan laju pompa
jantung yang adekuat.
2.5
Anatomi dan Fisiologi Sistem Pernapasan
2.5.1
Anatomi
Saluran nafas yang dilalui udara adalah hidung, faring, laring, trakea,
bronkus, bronkiolus, dan alveoli. Di dalamnya terdapat suatu sistem yang
sedemikian rupa dapat menghangatkan udara sebelum sampai ke alveoli. Terdapat
juga suatu sistem yang memungkinkan kotoran atau benda asing yang masuk dapat
dikeluarkan baik melalui batuk ataupun bersin.
1. Hidung
Nares anterior adalah
saluran-saluran di dalam rongga hidung. Saluran-saluran itu bermuara ke dalam bagian
yang dikenal sebagai vestibulum. Rongga hidung dilapisi sebagai selaput lendir yang
sangat kaya akan pembuluh darah, dan bersambung dengan lapisan farinx dan
dengan selaput lendir sinus yang mempunyai lubang masuk ke dalam rongga hidung.
Septum nasi memisahkan kedua
cavum nasi. Struktur ini tipis terdiri dari tulang dan tulang rawan, sering
membengkok kesatu sisi.
2. Farinx
(tekak)
Farinx (tekak) adalah pipa berotot yang berjalan dari dasar tengkorak
sampai persambungan-nya dengan oesopagus pada ketinggian tulang rawan krikoid.
Maka letaknya di belakang
larinx (larinx-faringeal). Orofaring adalah bagian dari faring merupakan gabungan
sistem respirasi dan pencernaan.
3. Laring
(tenggorokan)
Terletak pada garis tengah bagian depan leher, sebelah dalam kulit,
glandula tyroidea, dan beberapa otot kecil, dan didepan laringofaring dan
bagian atas esopagus.
4. Epiglottis
Cartilago yang berbentuk daun dan menonjol keatas dibelakang dasar
lidah. Epiglottis ini melekat pada bagian belakang Vertebra cartilago thyroideum.
Plica aryepiglottica,
berjalan kebelakang dari bagian samping epiglottis menuju cartilago
arytenoidea, membentuk batas jalan masuk laring.
5. Plica
vokalis
Plica vocalis adalah dua lembar membrana mukosa tipis yang terletak di
atas ligamenturn vocale, dua pita fibrosa yang teregang di antara bagian dalam
cartilago thyroidea di bagian depan dan cartilago arytenoidea di bagian
belakang. Plica vocalis palsu adalah dua lipatan. membrana
mukosa tepat di atas plica vocalis sejati. Bagian ini tidak terlibat dalam
produksi suara.
6. Otot-otot
Otot-otot kecil yang melekat pada cartilago arytenoidea, cricoidea, dan
thyroidea, yang dengan kontraksi dan relaksasi dapat mendekatkan dan memisahkan
plica vocalis. Otot-otot tersebut di inervasi oleh nervus cranialis X (vagus).
7. Fonasi
Suara dihasilkan oleh vibrasi plica vocalis selama ekspirasi.
Suara yang dihasilkan
dimodifikasi oleh gerakan palatum molle, pipi, lidah, dan bibir, dan resonansi
tertentu oleh sinus udara cranialis.
8. Trakea
(batang otak)
Adalah tabung fleksibel dengan panjang kira-kira 10 cm dengan lebar 2,5
cm.
Trachea berjalan dari
cartilago cricoidea kebawah pada bagian depan leher dan dibelakang manubrium
sterni, berakhir setinggi angulus sternalis (taut manubrium dengan corpus
sterni) atau sampai kira-kira ketinggian vertebrata torakalis kelima dan di
tempat ini bercabang mcnjadi dua bronckus (bronchi).
Trachea tersusun atas 16 -
20 lingkaran tak- lengkap yang berupa cincin tulang rawan yang diikat bersama
oleh jaringan fibrosa dan yang melengkapi lingkaran disebelah belakang trachea,
selain itu juga membuat beberapa jaringan otot.
9. Bronchus
Percabangan saluran nafas dimulai dari trakea yang bercabang menjadi
bronkus kanan dan kiri. Masing-masing bronkus terus bercabang sampai dengan
20-25 kali sebelum sampai ke alveoli. Sampai dengan percabangan bronkus terakhir sebelum
bronkiolus, bronkus dilapisi oleh cincin tulang rawan untuk menjaga agar
saluran nafas tidak kolaps atau
kempis sehingga aliran udara lancar.
10. Alveoli
Bagian terakhir dari perjalanan udara adalah di alveoli. Di sini terjadi pertukaran oksigen dan karbondioksida
dari pembuluh darah kapiler dengan udara. Terdapat sekitar 300 juta alveoli di
kedua paru dengan diameter masing-masing rata-rata 0,2 milimeter.
Paru-paru terdapat dalam
rongga thoraks pada bagian kiri dan kanan.
Paru-paru memilki :
1) Apeks, Apeks
paru meluas kedalam leher sekitar 2,5 cm diatas calvicula.
2) Permukaan costo vertebra, menempel
pada bagian dalam dinding
dada.
3) Dan basis terletak pada diafragma.
Paru kanan dibagi atas tiga
lobus yaitu lobus superior, medius dan inferior sedangkan paru kiri dibagi dua
lobus yaitu lobus superior dan inferior. Tiap lobus dibungkus oleh jaringan
elastik yang mengandung pembuluh limfe, arteriola, venula, bronchial venula,
ductus alveolar, sakkus alveolar dan alveoli.
Diperkirakan
bahwa setiap paru-paru mengandung 150 juta alveoli, sehingga mempunyai
permukaan yang cukup luas untuk tempat permukaan/pertukaran gas. Paru
kanan dibagi atas tiga lobus yaitu lobus superior, medius dan inferior
sedangkan paru kiri dibagi dua lobus yaitu lobus superior dan inferior. Tiap
lobus dibungkus oleh jaringan elastik yang mengandung pembuluh limfe,
arteriola, venula, bronchial venula, ductus alveolar, sakkus alveolar dan
alveoli.
Paru-paru dibungkus oleh pleura. Pleura ada yang menempel
langsung ke paru, disebut sebagai pleura
visceral. Sedangkan pleura
parietal menempel pada dinding rongga dada dalam. Diantara pleura
visceral dan pleura parietal terdapat cairan
pleura yang berfungsi sebagai pelumas sehingga memungkinkan pergerakan
dan pengembangan paru secara bebas tanpa ada gesekan dengan dinding dada.
Diperkirakan
bahwa setiap paru-paru mengandung 150 juta alveoli, sehingga mempunyai
permukaan yang cukup luas untuk tempat permukaan/pertukaran gas.
Rongga dada diperkuat oleh
tulang-tulang yang membentuk rangka dada. Rangka dada ini terdiri dari costae (iga-iga), sternum (tulang dada) tempat sebagian
iga-iga menempel di depan, dan vertebra
torakal (tulang belakang) tempat menempelnya iga-iga di bagian belakang.
Terdapat otot-otot yang
menempel pada rangka dada yang berfungsi penting sebagai otot pernafasan.
Otot-otot yang berfungsi dalam bernafas adalah sebagai berikut :
1) interkostalis eksterrnus
(antar iga luar) yang mengangkat masing-masing iga.
2)
Sternokleidomastoid yang mengangkat sternum
(tulang dada).
3)
Skalenus yang
mengangkat 2 iga teratas.
4)
Interkostalis internus
(antar iga dalam) yang menurunkan iga-iga.
5)
Otot perut yang menarik iga ke bawah sekaligus membuat
isi perut mendorong diafragma ke atas.
6)
Otot dalam diafragma yang dapat menurunkan diafragma.
2.5.2
Fisiologi
Proses
fisiologis respirasi di mana oksigen dipindahkan dari udara ke dalam
jaringan-jaringan, dan karbon dioksida dikeluarkan ke udara.
1) Ventilasi
Udara bergerak masuk dan keluar dari paru-paru karena selisih tekanan
yang terdapat antara atmosfer dan alveolus oleh kerja mekanik otot-otot.
2) Difusi
Stadium ke dua proses respirasi mencakup proses difusi gas-gas melintasi
membran antara alveolus-kapiler yang tipis (tebalnya kurang dari 0.5 um).
Kekuatan pendorong untuk pernindahan ini adalah selisih tekanan parsial antara
darah dan fase gas.
3) Transportasi
dalam darah
Oksigen
dapat ditranspor dari paru-paru ke jaringan melalui dua jalan :
1. Secara fisik larut dalam plasma.
2. Secara kimia berikatan dengan hemoglobin sebagai
oksihemoglobin (HbO2). Ikatan kimia oksigen dan hemoglobin ini bersifat
reversibel.
Transport CO2 dari jaringan keparu-paru melalui tiga
cara sebagai berikut:
1. Secara fisk
larut dalam plasma (10 %).
2. Berikatan dengan
gugus amino pada Hb dalam sel darah merah (20%).
3. Ditransport sebagai bikarbonat plasma (70%).
Karbon dioksida berikatan
dengan air dengan reaksi seperti dibawah ini:
CO2
+ H2O = H2CO3 = H+ +HCO3-
Ekspirasi dapat dibagi
menjadi tiga stadium.
1. Stadium pertama adalah ventilasi, yaitu masuknya campuran gas-gas ke dalam
dan ke luar paru-paru.
2. Stadium ke dua, transportasi, yang terdiri dari beberapa aspek :
1) Difusi gas-gas antara alveolus dan kapiler paru-paru
(respirasi eksterna) dan antara darah sistemik dan selsel jaringan.
2) Distribusi darah dalam sirkulasi pulmoner dan
penyesuaiannya dengan distribusi udara dalam alveolus-alveolus.
3) Reaksi kimia dan fisik dari oksigen dan karbon
dioksida dengan darah.
3. Respirasi sel atau respirasi interna merupakan stadium akhir dari
respirasi.
Selama respirasi ini metabolit dioksidasi untuk mendapatkan energi, dan karbon dioksida terbentuk
sebagai sampah proses metabolisme
sel dan dikeluarkan oleh paru-paru.
2.6 Pengaturan
Respirasi
1. Medulla
Oblongata.
2. Pons
Secara garis besar bahwa Paru-paru memiliki fungsi sebagai berikut:
Secara garis besar bahwa Paru-paru memiliki fungsi sebagai berikut:
1) Terdapat
permukaan gas-gas yaitu mengalirkan Oksigen dari udara atmosfer
kedarah vena dan
mengeluarkan gas carbondioksida dari alveoli keudara atmosfer.
2) Menyaring bahan
beracun dari sirkulasi.
3) Reservoir darah.
4) Fungsi utamanya
adalah pertukaran gas-gas
2.7 Macam
– macam alat oksigenasi dan cara pemakaiannya
A. Nasal kanula/Binasal kanula
Alatnya sederhana dapat memberikan
oksigen dengan aliran 1-6lt/menit dan konsentrasi oksigen sebesar 24%-44%.
Cara pemasangan :
·
Terangkan prosedur pada klien
·
Atur posisi klien yang nyaman(semi fowler)
·
Atur peralatan oksigen dan humidiflier
·
Hubungkan kanula dengan selang oksigen ke humidiflier
dengan aliran oksigen yang rendah,beri pelicin(jelly) pada kedua ujung kanula.
·
Masukan ujung kanula ke lubang hidung
·
Fiksasi selang oksigen
·
Alirkan oksigen sesuai yang diingiinkan.
Keuntungan
·
Toleransi klien baik
·
Pemasangannya mudah
·
Klien bebas untuk makan dan minum
·
Harga lebih murah
Kerugian
·
Mudah terlepas
·
Tidak dapat memberikan konsentrasi oksigen lebih dari
44%
·
Suplai oksigen berkurang jika klien bernafas lewat
mulut
·
Mengiritasi selaput lender, nyeuri sinus
B.Sungkup Muka / Masker
1. Sungkup
muka sederhana
Aliran oksigen melalui alat ini
sekitar 5-8lt/menit dengan koonsentrasi 40-60%.
Cara pemasangan :
·
Terangkan prosedur pada klien
·
Atur posisi yang nyaman pada klien (semi fowler)
·
Hubungkan selang oksigen pada sungkup muka sederhana
dengan humidiflier.
·
Tepatkan sungkup muka sederhana, sehingga menutupi
hidung dan mulut klien
·
Lingkarkan karet sungkunp kepada kepala klien agar
tidak lepas
·
Alirkan oksigen sesuai kebutuhan.
Keuntungan
·
Konsentrasi oksigen lebih tinggi dari nasal kanula
·
system humidifikasi dapat di tingkatkan
Kerugian
·
Umumnya tidak nyaman bagi klien
·
Membuat rasa panas, sehingga mengiritasi mulut dan
pipi
·
Aktivitas makan dan berbicara terganggu
·
Dapat menyebabkan mual dan muntah, sehingga dapat menyebabkan
aspirasi
·
Jika alirannya rendah dapat menyebabkan penumpukan
karbondioksida
C. Sungkup muka dengan kantung
rebreathing
Konsentrrasi ooksigen yang di
berikan lebih tinggi dari pada sungkup muka sederhana yaitu 60-80% dengan
aliran oksigen 8-12lt/menit. Indikasi penggunaan adalah pada klien dengan kadar
tekanan karbondioksida yang rendah, udara inspirasi sebagian tercampur dengan
udara ekspirasi sehingga konsentrasi karbondioksida lebih tinggi dari pada
sungkup sederhana.
Cara pemakaian :
·
Terangkan prosedur pada klien
·
Hubungkan selang oksigen dengan humidiflier dengan
aliran rendah
·
Isi oksigen kedalam kantong dengan cara menutup lubang
antara kantung dengan sungkup
·
Atur tali pengikat sungkup sehingga menutup rapat dan
nyaman. Bila perlu pakai kasa pada daerah yang tertekan.
·
Sesuaikan aliran oksigen, sehingga kantung akan terisi
waktu ekspirasi dan hampir kuncup waktu inspirasi
Keuntungan
·
Konsentrasi oksigen lebih tinggi dari pada sungkup
muka sederhana
·
Tidak mengeringkan selaput lendir
Kerugian
·
Kantung oksigen bisa terlipat
·
Menyebabkan penumpukan oksigen jika aliran terlalu
rendah
D. Sungkup muka non breathing
Memberikan konsentrasi oksigen
sampai 99% dengan aliran yang sama pada kantong rebreathing. Pada
prinsipnya, udara inspirasi tidak tercampur dengan ekspirasi. Indikasi
penggunaan adalah pada klien dengan kadar tekanan karbondioksida yang tinggi.
Cara pemasangan sama dengan sungkup muka kantong
rebreathing.
Keuntungan
·
Konsentrasi oksigen hampir diperoleh 100% karena
adanya katup satu arah antara kantong dan sungkup, sehingga kantung mengandung
konsentrasi oksigen yang tinggi dan tidak tercampur dengan udara ekspirasi.
·
Tidak mengeringkan selaput lender
Kerugian
·
Kantung oksigen bisa terlipat
·
Berisiko untuk terjadi keracunan oksigen
·
Tidak nyaman bagi klien
2.8 Faktor
yang mempengaruhi oksigenasi
1.
Faktor Perkembangan : lahir paru-paru berisi udara.
2.
Faktor Lingkungan : dataran tinggi PO2 rendah.
3.
Status Kesehatan : penyakit kardiovaskuler
dan pernafasan
trasportasi O2 terganggu.
4.
Faktor Perilaku : aktivitas fisik, nutrisi, merokok,
penyalahgunaan narkoba.
5.
Faktor fisiologis
1)
Perubahan pola nafas.
2)
Obstruksi jalan nafas.
3)
Gangguan fungsi pernafasan.
2.9 Masalah
Oksigenasi
1. Hiperventilasi
Hiperventilasi adalah kondisi ventilasi yang berlebih, yang
dibutuhkan untuk mengeleminasi CO2 di
vena, yang diproduksi mll metabolisme.
Disebabkan
oleh :
1)
Ansietas
2)
Infeksi
3)
Obat-obatan
Tanda
dan gejala Hiperventlasi :
1. Takikardi
2. Nafas pendek
3. Nyeri dada
4. Baal pada ekstremitas
5. Penglihatan yang
kabur
2. Hipoventilasi
Hipoventilasi adalah ventilasi alveolar tidak adekuat memenuhi kebutuhan O2 tubuh / mengeliminasi CO2 tidak adekuat. Disebabkan oleh atelektasis yaitu kolaps alveoli yang mencegah pertukaran O2 dan CO2 sehingga paru yang di ventilasi sedikit.
Tanda dan gejala Hipoventilasi :
1.
Pusing
2.
Penurunan kemampuan mengikuti instruksi.
3.
Ketidakseimbangan elektrolit.
4.
Henti jantung.
5.
Nyeri kepala di oksipital pada saat terjaga.
3. Hipoksia
Hipoksia adalah
oksigenasi jaringan yang tidak adekuat pada tingkat jaringan, kondisi ini
terjadi akibat defisiensi penghantar O2
atau penggunaan O2 diselular. Disebabkan
oleh :
1)
Penurunan kadar hemoglobin
&
penurunan kapasitas darah yang membawa O2, seperti Anemia.
2) Penurunan
konsentrasi O2 yang diinspirasi seperti sesak nafas.
3) Ketidakmampuan
jaringan untuk
mengambil O2 dari darah, seperti kasus keracunan
sianida.
4) Penurunan difusi
O2 dari alveoli ke darah, seperti Pneumonia.
5) Perfusi darah yang mengandung O2 di jaringan yang buruk seperti syok.
6) Kerusakan
ventilasi seperti trauma dada,
fraktur iga multiple.
4. Obstruksi
jalan napas
Obtruksi jalan napas adalah
kondisi pernapasan yang tidak normal akibat ketidakmampuan batuk secara
efektif.
Tanda Klinis:
1.
Batuk tidak efektif.
2.
Sekret tidak
mampu keluar.
3.
Suara nafas
menunjukkan adanya sumbatan.
4.
Jumlah, irama
dan kedalaman pernapasan tidak normal.
5. Gangguan
Pertukaran gas
Gangguan pertukaran gas
seperti terjadi karena sekresi yg kental, depresi saraf
pusat, penyakit radang paru.
Tanda Klinis :
1.
Napas dengan
bibir saat ekspirasi.
2.
Menurunnya saturasi Oksigen.
3.
Sianosis
4.
Dispnea (sesak
dan berat saat bernapas).
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Oksigen
memegang peranan penting dalam semua proses tubuh secara fungsional. Tidak
adanya oksigen akan menyebabkan tubuh secara fungsional mengalami
kemunduran atau bahkan dapat menimbulkan kematian. Oleh karena itu, kebutuhan
oksigen merupakan kebutuhan yang paling utama dan sangat vital bagi tubuh.
Pemenuhan kebutuhan oksigen ini tidak terlepas dari kondisi sistem pernapasan secara fungsional. Bila ada gangguan pada salah satu organ sistem respirasi, maka kebutuhan oksigen akan mengalami gangguan.
Pemenuhan kebutuhan oksigen ini tidak terlepas dari kondisi sistem pernapasan secara fungsional. Bila ada gangguan pada salah satu organ sistem respirasi, maka kebutuhan oksigen akan mengalami gangguan.
3.2 Saran
Dengan
selesainya makalah ini disarankan kepada para pembaca agar dapat lebih
memperdalam lagi pengetahuan tentang pemenuhan kebutuhan oksigeni pada rumah sakit
serta dapat mengaplikasikannya dalam dunia keperawatan. Diharapkan perawat
serta tenaga kesehatan lainnya mampu memahami dan mendalami kebutuhan
fisiologis oksigenasi yang merupakan kebutuhan dasar manusia yang sangat
mendasar.
DAFTAR PUSTAKA
Allen. CarolVestal. 1998. MemahamiProses
Keperawatan DenganPendekatan Latihan. Jakarta.
A.Aziz Alimul H. Pengantar Kebutuhan
DasarManusia. SalembaMedika. 2006 . Jakarta.
Carpenito, Lynela Juall ; Buku Saku Diagnosa
Keperawatan Edisi b. Jakarta, EGC ; 2000
Doenges,
Marilyn. Dkk ; Rencana Asuhan Keperawatan, Jakarta. EGC 1999
Greven. Ruth. 1999. Fundamental of Nursing:
human health and function. Philadelphia: lippincott. bahasa Cristantie Effendy.
Jakarta: EGC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar